Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

Komisi X DPR RI Soroti Maraknya Kasus Perundungan di Sekolah

56
×

Komisi X DPR RI Soroti Maraknya Kasus Perundungan di Sekolah

Share this article
Example 468x60

Kasus perundungan atau bullying masih kerap terjadi di sekolah-sekolah, hal ini menjadi salah satu yang disoroti di sela-sela Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi X DPR ke Bantul, Yogyakarta, Selasa (28/2/2024). Yang terakhir dan menjadi viral adalh kasus perundungan yang terjadi pada salah satu sekolah internasional di Tangerang Selatan dan melibatkan salah satu anak artis terkenal Vincent Rompies.

Anggota Komisi X DPR RI Ledia Hanifa Amaliah mendorong sinergi guru dan orang tua untuk memperkuat pendidikan karakter anak. Pasalnya, peran guru dan lingkungan sekolah juga mempengaruhi perkembangan karakter anak, meski pembentukan karakter dan pendidikan moral anak dimulai di lingkungan keluarga.

Example 300x600

“Oleh karena itu, kolaborasi antara orang tua dan guru diperlukan guna menciptakan ekosistem pendidikan yang menunjang pembentukan karakter dan moral pada anak. Kita harus mengatakan bahwa ada yang hilang dari proses pendidikan karakter.

Meski demikian, ia melanjutkan bahwa yang namanya karakter itu harus dibangun dan dilatih setiap hari. Terlebih, menurutnya, dalam konsep Trigatra Pendidikan itu terdapat keterlibatan sekolah, orang tua, dan lingkungan siswa itu sendiri.

“Harusnya semua membangun satu ekosistem pendidikan yang baik. Nah pendidikan karakter itu memang harus setiap hari,” ungkap Politisi Fraksi PKS itu.

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI Ratih Megasari Singkarru menyebut kasus perundungan yang kerap terjadi saat ini bagai fenomena puncak gunung es.

Politisi Fraksi Partai NasDem ini menyebut bahwa isu perundungan menjadi isu yang mengkhawatirkan sejak lama, khususnya perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah. Ia menilai, kasus-kasus perundungan yang terjadi di instansi pendidikan menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

“Fenomena ini sering kali disebut sebagai dosa besar pendidikan yang terus berulang tanpa adanya pertobatan yang nyata. Kita, sebagai masyarakat, harus bersatu untuk menyatakan bahwa tindakan semacam ini tidak dapat lagi ditoleransi,” ungkap Ratih.

Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari juga menyampaikan keprihatinan atas maraknya kasus perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Menurutnya, hal itu tidak terlepas dari peran pola asuh orang tua. Ia menilai komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua serta komunikasi berkesinambungan antara wali murid dan pihak sekolah menjadi salah satu kunci dalam persoalan tersebut.

Politisi Fraksi PAN itu menyampaikan bahwa orang tua merupakan institusi utama dalam menerapkan kedisiplinan dan moralitas kepada anak. “Bagaimana menerapkan disiplin di rumah, bagaimana agar anak tahu batasan, dia tahu menghargai orang, bagaimana agar dia tahu menghadapi diri sendiri, Insyaallah (jika optimal pola asuh orang tua maka) di sekolah akan baik-baik saja. Itu kalau kita tidak mau menyalahkan orang lain,” jelasnya.

Karenanya, ia berharap agar setiap orang tua mengambil andil dan merasa bertanggungjawab dalam mengentaskan perilaku bullying anak. “Paling utama adalah introspeksi diri, sehingga kita tahu apa yang menjadi tugas kita, apa yang menjadi kewajiban kita, jika kita terbiasa berempati. insyaallah aman-aman saja,” tutupnya.

BACA JUGA : Hidayat Nur Wahid Usulkan DPR revisi UU No 8/2019

Example 300250
Example 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita

Meskipun persaingan bisnis AMDK (Air Minum Dalam Kemasan) di tanah air semakin menjamur, namun AMDK dengan Merk Q-QUA tetap optimis masuk ke dalam persaingan di pasar retail.